Tsuujou Kougeki Ga Zentai Kougeki De Ni-Kai Kougeki No Okaa-San Wa Suki Desu Ka? Bahasa Indonesia Vol 1 Chapter 1

Catatan:
Chapter ini hasil terjemahan dari SB Translation. Awalnya mau saya direct link ke sana, tapi karena ada banyak kata yang mis, saya putuskan untuk re-write (gak bisa dicopas :V) dan saya edit biar lebih enak di baca.
Kalau mau baca versinya SB Translation bisa baca DI SINI

NB: typo itu manusiawi :V



Editor: MIYSAKA



Chapter 1 - Petualangan Hebat si Pemuda Hampir Dimulai.... Eh, Apa-apaan Ini....



"Sepertinya semuanya sudah selesai. Baiklah, kumpulkan dari belakang."

Mengikuti instruksi dari guru laki-laki yang berdiri di podium, murid yang duduk di belakang mulai mengumpulkan kertas-kertas mereka berturut-turut.

Mereka diberi formulir survei yang bernama 【Survei hubungan orang tua-anak】. Itu tidak dicetak diatas kertas biasa, tapi di kertas berkualitas tinggi yang dibuat menjadi sebuah buku kecil. Tampak seperti kertas pertanyaan untuk ujian masuk SMA, dan informasi di dalam tampak sama pentingnya.



Itulah yang diharapkan. Ini adalah survei yang dilakukan oleh Kementrian Dalam Negeri (Cabang kebijakan hidup sipil) untuk memahami pemikiran di kalangan remaja saat ini. Dengan kata lain, itu sesuatu yang dilakukan untuk kebijakan nasional.

"Ara, kalau dipikir-pikir, ini sungguh mengejutkan bahwa sekolah kami dipilih untuk survei ini. Kalian mengeri itu? Kalian semua telah dipilih sebagai wakil para pemuda dari negara ini. Bagaimana terhormatnya itu? Bahkan kalian dapat membual akan hal ini pada orang lain."

Pak guru merasa terharu saat ia berbagi pikirannya.

Tapi dari perspektif para murid yang diminta untuk tetap tinggal usai sekolah untuk mengisi survei merepotkan begini, kebanyakan dari mereka pikir adalah: Apa-apaan sih, apanya yang terhormat, jangan bercanda.

Oosuki Masato adalah salah satu dari mereka.

"Aku ingin pulang dan cepat-cepat main game... Sungguh buang-buang waktu."

Masato mengacak-acak rambutnya dengan frustasi dan menarik nafas panjang.



Tenang. Sudah selesai. Itu dia. Memberikan survei ke teman sekelas yang mengumpulkan-nya. Yosh, sudah berakhir.

Yang lalu biarlah berlalu, dan pikirkan tentang game. Haruskah aku buru-buru mengumpulkan bahan-bahan langka untuk membuat equipment di tingkat keberhasilan 100%, atau menggunakan bahan-bahan normal untuk bermain dengan kemungkinan tingkat keberhasilan 75%?

Tapi ada satu hal yang menggangguku.

"Apa-apaan sih pertanyaan itu?" Dia bergumam pada dirinya sendiri.

Salah satu pertanyaan survei memasuki benaknya.



[T: Apakah anda menjadi dekat dengan ibu anda jika kalian berdua bertalang bersama-sama?]



Masato benar-benar terganggu oleh pertanyaan ini di dalam survei yang dia lakukan sebelumnya. Meskipun survei ini dilakukan demi menetapkan kebijakan nasional, pertanyaan membingungkan begini ditanyakan begitu terang-terangan. Apa mereka serius?

"Orang yang melakukan survei ini 'sudah agak gila... pasti agak gila."

Apakah Jepang sudah jadi begini, atau sudah terlambat... Dia mendesah kesal.



Biarkan saja. Akhirnya juga berakhir. Cepat ke rumah dan main game dengan bahagia. Sepertinya kita sudah bisa pulang, waktunya pulang.



Pada saat ini, guru yang mengumpulkan survei berkata:

"Sigh, sudah kuduga. Bagian kosong di halaman terakhir dari survei ini tidak dimaksudkan untuk mengisi nama mereka, namun masih ada seseorang yang mengisinya dengan nama mereka. Biarlah, bapak juga tidak memberitahu mereka."

"Tunggu, pasti aku... Lupakan saja, cuma imajinasiku... Sebaiknya, net game net game!"



Beberapa hari kemudian, selama akhir pekan.

Sekolah hari itu pulang pagi, Masato kembali ke rumah usai makan siang dan melihat sepasang sepatu di pintu masuk. Itu sepatu hak tinggi wanita.

Sepertinya ibu memiliki beberapa sepatu seperti ini. tapi dari caranya mengatur rapi di tengah pintu masuk, mungkin milik tamu. Suara tawa di ruang tamu memastikan topik ini.

"Apa itu teman ibu...? Haruskah aku menyapa mereka?"

Aku merasa sedikit dilema, tapi tubuhku yang terkait dengan hatiku ingin cepat-cepat kembali ke kamar dan bermain game. Aku memutuskan untuk diam-diam menyelinap masuk melewati koridor.

Dia tidak bisa melewatinya.

"Jejak kaki itu pasti Maa-kun! pasti."

"Muu..."

Pintu ruang tamu tiba-tiba terbuka, menampakkan wajah Oosuki Mamako.

Itu adalah waja yang amat sangat merepotkan Masato. Saat dia melihat wajah itu, bahkan anaknya Masato merasa ragu.

"Apakah orang ini benar-benar seorang ibu? Apa dia benar-benar ibuku?"

Itu karema Mamako tampak terlalu muda, wajahnya yang cantik itu terlalu muda.

Mamako yang tersenyum cemerlang tidak memiliki kerutan di sekitar matanya, kulitnya yang halus dan lembut. Rambut di kepalanya panjang bersinar seperti seorang malaikat.

Dia adalah seorang ibu berusia 40 tahun yang normal dengan anak SMA kelas 1, tapi wajah muda Mamako tampak lebih seperti gadis remaja.

"Mestinya ada batas untuk betapa mudanya dia terlihat... Sungguh, ada apa dengan ibuku..."

Itu aneh, dia tampak begitu muda. Berkat ini, orang-orang yang bertemu dengannya untuk pertama kali tidak akan tau kalau dia seorang ibu... Untuk Masato, Mamako jadi begini itu agak bermasalah.

Benar, bermasalah. Itu bukan perasaan penolakan langsung seperti 'tidak suka'. Sulit untuk mengetahui cara yang tepat untuk berinteraksi dengan ibunya dan memahami jarak yang tepat untuk dipertahankan, itu sebabnya ia mengadopsi sikap yang sedikit menolak. Begitulah.

Tapi hal yang paling mengganggu adalah, ibunya tidak menyadari apa yang anaknya pikirkan.

"Maa-kun, Selamat datang di rumah."

Dengan senyum manis dan tenang, Mamako menghampiri lebih dekat dan lebih dekat ke Masato dengan keyakinan mutlak bahwa Masato akan menerimanya.

"Ya, aku pulang. Jangan terlalu dekat."

"Ara, aku minta maaf. oh ya, gimana sekolahnya?"

"Lumayan."

"Sigh, lumayan... Apakah terjadi sesuatu yag buruk?"

"Tidak ada."

"Jadi, kamu senang seperti biasa..? Oh ya, apakah kamusudah makan siang? Perlu ibumu membuat sesuatu?"

"Terserah."

"Terserah... Apakah maksudmu kamu tidak membutuhkan-nya? Apakah kamu makan di luar dengan teman sekelasmu? Apa itu maksudmu?"

"Ya... benar, cukup tentangku. Ada tamu kan?"

"Ah! Ya! Ada tamu penting hari ini, bisakah kamu datang menyapanya, Maa-kun? Aku ingin mengenalkan anakku yang sangat kubanggakan. Oke?"

"Terserah."

"Terserah... artinya, kamu akan menyapanya?"

"Ini berarti aku tidak mau. Paham... gezzzz..."

Siapa yang ingin melakukan sesuatu yang begitu merepotkan? Masato berbalik ke Mamako, dan mencoba berjalan melewati ruang tamu dengan cepat. Tapi matanya kebetulan bertemu tamu saat ia tanpa sadar melirik ke ruang tamu.

"Oh, sepertinya anak anda sudah pulang."

Pihak lain tampak seperti seorang teman yang datang mengunjungi ibunya. Rambut hitam panjang dan rapi, pakaian resmi yang membuatnya tampak seperti seorang wanita intelektual. Masato pikir dia bisa saja seorang agen asuransi... Tapi dia punya firasat bahwa dia dari sebuah organisasi yang luar biasa.

Dia langsung berdiri dan berjalan menuju Masato, dengan langkah panjang, ia menunjukan kartu identitasnya yang tergantung pada lehernya.

Dicetak pada kartu itu 'Kementrian Dalam Negeri (Cabang kebijakan hidup sipil) petugas kebijakan. Gelar yang mengesankan.



"Senang bertemu dengan anda. Nama saya Shiraisi Masumi. Izinkan saya untuk memberitahu: saya berkunjung untuk survei Kementrian Dalam Negeri. Karena saya Masumi..."

"S-Senang bertemu dengan anda.. Mengapa anda tiba-tiba membuat permainan kata...?"

"Izinkan saya untuk memberi tahu: karena saya diejek akan hal itu di masa kecil saya, bukannya mengolok-olok, akan lebih baik bagi saya untuk mangatakan itu sebagai plesetan."

Orang ini tampaknya mengatasi masalahnya dengan cara yang salah.

Pada saat ini, dengan tak peduli, Mamako bersingut menuju Masato... Ibu ini sangat yakin anaknya akan menerimanya, tapi jarak ini terlalu dekatbaginya.

"E-Eh, Maa-kun, survei yang Masumi-san sebutkan..."

"Ah, apakah itu survei hubungan orang tua-anak?"

"Yup, benar! Bagaimana kamu tahu?"

"Aku melakukannya di sekolah tempo hari."

"Sigh... begitu ya... Maa-kun, kamu tidak pernah memberi tahu ini..."

"Gak perlu melaporkan hal-hal sepele seperti itu. Dan ibu terlalu dekat!"

Aku menjauhkan ibuku yang memperlakukan-ku seperti hewan peliharaan.

"Kalau begitu, Masumi-san, survei itu mestinya sudah selesai kan?"

"Belum, saya hanya istirahat. Omong-omong, Mamako-san berdiri saat anaknya pulang ke rumah... Mamako-san, anda benar-benar mencintai anak anda."

"Meski saya sama sekali tidak suka ibu saya."

"Ehh!? Maa-kun mestinya seperti ibu kan!? Untuk ibumu, Maa-kun, kan..."

"Hentikan, itu menjengkelkan. Dan sejak kapan ibu mendekat... dan juga jangan memanggilkudengan nama memalukan itu. Sudah sering kubilang, ibu seharusnya ingat sekarang."

"Karena Maa-kun adalah Maa-kun. Ibumu selalu memanggilmu Maa-kun, jadi aku harus memanggil Maa-kun sebagai Maa-kun. Jika Maa-kun tidak suka nama Maa-kun, aku akan memikirkan nama baru untuk Maa-kun..."

"Ahh... Sudah cukup, hentikan."

Usai aku jauh dari ibuku yang akan menghimpitku walau aku mendorongnya menjauh,

Anda lihat, Masumi-san. Dia adalah Ibuku yang membutuhkan banyak waktu untuk ditangani, jadi silahkan lanjutkan survei anda."

"Baiklah, akan saya lanjutkan... Benar juga, saya memiliki sesuatu untuk ditanyakan. Survei kali ini akan mengumpulkan pandangan dari orang tua, dan anak sebelumnya, kemudian menyusun hasil..."

"Jika orang tua dan anak saling menceritakan apa yang mereka rasakan, itu akan menyimpang dari tujuan anda. Jadi, anda ingin saya tidak menguping kan?"

Benar, perkenankan saya untuk melakukan pemberitahuan. Bagaimanapun, saya yang akan memberitahu."

"Maaf kalau begitu... Tapi pendapat ibu huh.."

Itu sifat dasar manusia untuk ingin mendengarkan saat mereka diberitahu untuk tidak bolehmendengarkan.

Bahkan bisa jadi jika itu tentang bagaimana orang tua rasakan padaku.

"Sejujurnya, apa yang ibuku pikirkan tentangku... aku ingin tahu tentang itu..."

Tapi Masumi tengah melakukan survei formal atas nama pemerintah. Jika Masato menguping di sini, itu akan menjadi kebocoran informasi, dan mungkin menyebabkan masalah yang lebih besar. Itu wajar baginya untuk meminta hal ini.

"Baiklah, saya akan kembali ke kamar saya."

"Terima kasih atas kerja asma anda. Saya akan memberitahu jika sudahselesai, sebelum itu silahkan bersantai di kamar anda. Jangan menunggu saya memberitahu anda."

"Mengerti, baiklah..."

"Maa-kun, tunggu! Kamu mau ibu panggil apa..."

"Mana ku tahu!"

Usai merespon Mamako dengan kejam, Masato menepis tangannya dan berlari ke kamarnya di lantai dua.

Usai Masato meninggalkan ruan tamu...

Mamako menangis dan terus menyeka wajahnya dengan tisu, menghabiskan satu kotak dalam waktu singkat. Dia kemudian mencurahkan kesulitannya sebagai ibu dari anak laki-laki.

"Saya benar-benar mengerti sampai batas tertentu. Maa-kun sudah menjadi anak SMA, dan pada usia di mana ia akan merasa malu karena hubungan baik dengan ibunya."

Ini wajar saja. Dalam survei yang dilakukan oleh Kemendagri dulu, situasi seperti itu sudah biasa. Saya memberi tahu anda bahwa ini biasa saja, karena saya..."

"Tapi meski begitu, saya masih ingin hubungan saya dengan anak saya menjadi lebih baik. Toh, kaita adalah sepasang unik dari ibu dan anak didunia ini."

"Tentu saja seorang ibu ingin rukun dengan anaknya... Sebenarnya, saya punya anak perempuan, dan dapat mengerti bagaimana perasaan anda."

"Begitu ya... Masumi-san memiliki seorang anak juga..."

"Ya, dia berusai 5 tahun sekarang. Di usia merepotkan dengan segala macam cara."

"5 tahun ya... Begitu... Lari kemana-mana sesukanya sendiri dan mengatakan segala macam hal... Menangis 'mamaaa' sambil berlari memeluk kaki anda... Usia seperti itu."

Saat Mamako ingat bagaimana anaknya bertindak ketika ia kecil, ekspresinya berubah suram.

"Jika bisa, saya ingin kita menjadi seperti itu juga, meskipun itu hanya pikiran saya... Maa-kun selalu tampak lesu... Aku membelikannya komputer untuk mengucapkan selamat kepadanya sudah masuk SMA, tapi dia mulai mengasyikan dirinya bermain game dan jarang berbicara denganku setelah itu..."

"Benar. Dia biasanya mengatakan 'lumayan', 'terserah', 'baik', apapun itu, untuk mengakhiri percakapan... Tapi omong-omong, itulah ciri khas remaja lelaki. Mamako-san, sebagai seorang ibu, anda harus menjaga jarak yang tepat, bukankah itu lebih baik?"

"Tapi... Tapi kita tidak akan bergaul dengan baik seperti itu..."

"Begitu ya... fumu... Ini yang disebut keluarga klasik dengan anak remaja... Kecanggungan tersebut tepat... fumu..."

Masumi mempertimbangkan itu untuk sementara waktu dan membuat keputusannya. Dia mengambil setumpuk dokumen dari tasnya.

【MMMMMORPG(trial) Participants Log】
[MYNote: genre macam apa ini :V]

Dokumen-dokumen dengan judul ini diberikan kepada Mamako.

"Ini... Maksud anda, lamaran saya diterima?"

"Benar. Saya pikir situasi Oosuki-san dengan anak anda memenuhi persyaratan untuk berpartisipasi dalam rencana ini. Jadi saya menerima lamaran anda... Silahkan bersiap-siap sesegera mungkin."

"B-Baiklah! Kebutuhan... Pertama harus sepatu Maa-kun, aku tidak bisa melupakannya! Benar juga! Tinggalkan itu untuk saat ini, aku harus menjelaskan hal ini kepada Maa-kun dulu!"

"Biarkan saya memberitahu anak anda. Karena saya Masumi. Pemberitahuan adalah panggilan saya."

"...Itulah yang saya pikir, Masumi kadang-kadang akan menghilangkan hal-hal yang harus diberitahu. Masumi akan jadi populer meskipun dia bertindak kekanak-kanakan sesekali."

"Kenapa anda tiba-tiba mengatakan hal-hal aneh..."



Saat Masato bermain net game di kamarnya, tiba-tiba ia mendengar suara Masumi. Dia berbalik dan menemukan Masumi di sana.

"Setidaknya ketuk pintu dulu..."

"Menjengkelkan untuk mengganggu orang lain yang tengah serius, lebih baik diam dan tidak mengetuk."

Dia berbicara omong kosong lagi.

Masumi berkata sambil menatap monitor.

"fumu, bermain MMORPG?"

"Hei, jangan lihat..."

"Frame rate untuk 3D action itu benar-benar tinggi... Komputer Masato menggunakan graphic cart tingkat dewa huh. Dengan heat sink bertenaga. Anda bahkan memilih low latency mouse, mengesankan."

"T-Terima kasih atas pujian anda. Tapi ini sungguh apa yang ibu saya beli sendiri. Seseorang mengajukan ini dengan penuh gairah. Masumi-san, anda akrab dengan hal ini?"

Saya dijauhi karena nama saya, dan saya benci perasaan itu. Jadi saya tinggal di rumah selama hari-hari sekolah saya dan belajar sedikit ini. Hanya sistem komputer yang memahami saya, jadi saya melakukan banyak upaya untuk mamahaminya juga."

"Mengatakan hal yang tidak ingin saya tahu. Itulah kepribadian Masumi... Mari kita masuk ke topik utama."

"Anda ingin mengatakan bahwa survei ibu saya sudah selesai?"

"Ya. selanjutnya adalah... Memberitahukan bahwa Masato akan memulai kehidupan baru mulai sekarang."

"...Ah?"

Saat Masato berpikir 'orang ini bicara omong kosong lagi',Masumi melihat kesempatan dan dengan cepat meraih tombol 'ESC' dan menekannya. Game langsung menghilang dari monitor.

Dan Masumi menekan ke punggung Masato.

Payudara!?

Bagian belakang kapala Masato telah terkena dampak dari payudara, dan keyboard-nya direbut paksa. Setelah membuka browser, URL diketik.

URL itu adalah www8.cao.go.jp/ksn/mmmmmorpg....

"Apa yang!? Hei, apa yang anda lakukan!? Situs apa ini!?"

"Izinkan saya mengajikan pertanyaan untuk referensi... Survei oleh Departemen Dalam Negeri menyimpulkan bahwa banyak pemain game online ingin memasuki Dinia Game. Apakah anda merasakan hal yag sama, Masato?"

"Y-Yah, kalau saya bisa melakukan itu, saya ingin mencobanya... Tapi link apa itu!?"

"Bagaimana jika anda dapat membuat keinginan anda menjadi kenyataan?"

"Hah?... H-Hal begitu..."

Mustahil... Masato tidak bisa menyelesaikan kalimatnya.

Saat Masumi menekan enter, cahaya dicurahkan dari low latecy mouse. Cahaya itu keluar seperti gelombang samudra, dan menelan Masato dalam sekejap dan menarik Masato ke mouse.

"M-Mungkinkah... Ini!?"

"Betul! Ini persis seperti apa yang anda pikirkan!"

Saya benar-benar ditransfer ke dunia game!!!"

Masato menyerah menolak. Dia melepaskan tangannya dari meja, dan membiarkan tubuhnya melayang mengikuti arus.

Mouse yang secara fisik mustahil untuk menerima tubuhnya tanpa perlawanan. Saat ini.

"...Maa-kun!... Tunggu!..."

Dia pikir dia mendengar suara Mamako. Masato berteriak ke arah ibunya yang tidak bisa ia lihat.

"Ibu, aku minta maaf... Aku akan segera kembali."

Apapun itu, dia ingin minta maaf, permintaan maafnya mengisi seluruh hatinya.

Karena ayahnya ditempatkan diluar negeri untuk pekerjaan-nya, hanya mereka berdua yang hidup bersama. Jika anaknya menghilang, Mamako akan sendirian. Itu tidak akn baik, dan itu wajar baginya untuk tidak ingin melakukan hal itu.

Masato tidak suka ibunya.

Tapi jika ditanya apakah dia suka ibunya, ia pasti tidak akan bisa memberikan jawaban langsung.

Dan tentu saja, ia ingun menghargai ibu satu-satunya di dunia ini, dan biarkan dia hidup bahagia dan memuaskan. Dia tidak pernah ragu-ragu dalam memenuhi harapan ibunya.

Tapi sulit banginya untuk mengekspresikan pemikiran tersebut dengan tindakan. Dia akan merasa peduli akan hal itu, dan tidak bisa memperlakukan ibunya yang tampak begitu muda sebagai seorang ibu, dan merasa sulit untuk rukun dengan Mamako. Itu adalah hal yang Oosuki Masato rakan.

Namun.

"Aku akan pergi bertualang dan menjadi lebih kuat... Mungkin aku bisa lebih jujur dengan ibuku setelah mengalami ini... Itu akan jadi hebat."

Dia tidak tahu kapan dia akan kembali. Tapi dia pasti akan mengatasi rasa malu, dan mengatakan 'aku pulang' ke ibunya secara lembut dengan pelukan.

Dengan pikiran yang lembut itu, Masato pergi melalui dinding dimensi yang biasanya tak bisa dilewati.

Masato kemudian mendarat.

Dalam sebuah ruangan yang sangat berbeda dari kamarnya, ada langit tak berujung dan banyak pulau mengambang ke atas dan ke bawah. Di tepi salah satu pulau itu adalah sebuah altar batu, dan Masato berdiri di sama.

Dengan lingkaran sihir yang bersinar di kakinya...

"Wah...!?"

Ada beberapa mahluk kecil yang berjalan di kedua sisi Masato. Itu adalah sekelompok kadal, tapi mereka memiliki 8 kaki.

Kadal berkaki delapan meludahkan api kecil seolah-olah mereka mencoba untuk mengintimidasi Masato, tetapi melarikan diri ketika melihat Masato akan melawan.

Mahluk itu pasti tidak ada di Jepang, di mana Masato hidup. Mungkin juga tidak ada di bumi.

"M-Mungkinkah ini sungguhan?"

Tidak ada kemungkinan lain.

Ini adalah Dunia Game? Tema fantasi? Sungguh? Sungguh!

Tirai untuk cerita baru hampir ditarik!!!!!!!

Namun.

"Ya ampun, Maa-kun. Kubilang padamu untuk menunggu, Ibu juga datang. Tapi kamu tidak menunggu sama sekali, itu membuat ibu sangat sedih."

"...Eh?"

Aku berbalik karena suara yang sangat akrab ini, dan melihat seorang gadis muda yang berdiri di sana.

Dia mengenakan gaun indah, memegang tas penuh dengan begitu banyak barang sampai tidak bisa ditutup, seperti gadis yang akan berangkat jalan-jalan... Tunggu.

Dia tampak seperti wanita muda, tapi dia sudah jauh dari itu.

Dia tak lain adalah Mamako, ibu Masato.

"...Huh... K-Kenapa... Ibu harusnya tidak ada di sini... Bagaimana mungkin..."

Maa-kun. Ayo kita pergi pada segala macam petualangan bersama-sama dengan ibu. Hehe."

"A-Apa aaahhhh!?"

Masato ditrasfer ke dalam game, dan ibunya menjadi rekannya.

Ini mustahil? Aku benar-benar akan pergi dengan ibuku? Tidak tidak, seharusnya tidak...

Ini mustahil.

"Baiklah kalau begitu, Maa-kun, sebelah sini. Ibu akan menemanimu."

"Ahhh? Baik..."

Masato bergerak bersama perlahan. Tangannya dipegang sambil berjalan ke depan.

Mereka bergerak dari satu pulau mengambang ke pulau mengambang lain, melewati jembatan batu yang menghubungkan dua platform. Tujuan mereka adalah pulau yang sangat besar.

Pada ujung jalan yang dihiasi patung-patung dari segala macam dewa, adalah bangunan megah berbentuk telur. Sudah diduga. Mamako memimpin anaknya seperti itu.

"Hmm. Tenang, jangan berhenti berpikir. Pikirkan baik-baik dan pahami situasi."

Apa yang sedang terjadi? Apa jenis situasi ini? Faktanya adalah, mereka telah ditransfer ke Dunia Game bertema fantasi, yang jelas dari segala sesuatu yang telah terjadi, namun...



Ibuku ada di sini! Ini adalah bagian paling membingungkan. Aku harus menyelesaikan bagian ini dulu. Yup.



"E-Eh, Ibu... Kenapa kamu..."

"Kita di sini. Event yang dimulai seharusnya di tempat ini, mari kita bekerja keras bersama-sana."

"Ah."

Saat ia berjalan menyusuri lorong dalam keadaan linglung, ia mencapai tempat yang tampak seperti 'Event Checkpoint'.

Di tengah-tengah istana seperti interior, di tengah-tengah gedung bundar besar, ada seorang pria tua duduk di singgahsana. Seperti yang diharapkan.

Dia mengenakan pakaian mewah dan jubah berkilauan dijahit dari benang emas dan perak. Sebuah mahkota dengan dihiasi permata di kepalanya. Pria tua dengan janggut putih tampak seperti seorang raja...

"Akhirnya kalian datang! Akulah raja penguasa istana teleportasi ini."

Pria yang mengaku memiliki gelar raja adalah raja. Tidak ada prajurit atau petugas di sekitar sini, tapi dia adalah raja.

"Aku telah menunggu kalian! Selamat datang di daerah kekuasaanku."

"Terima kasih atas keramahan anda. Kami merasa terhormat karena anda menerima kami... BAiklah, Maa-kun, buatlah ucapan yang tepat."

"Eh, ah... Halo...?"

Meniru Mamako, Masato juga berlutut di hadapan takhta dan membungkuk. Dia melakukan seperti yang diperintahkan.

Raja itu tersenyum, dan berkata pelan.

"Mari kita mulai dengan perkenalan kalian. Sebutkan nama kalian."

"Saya Mamako. Dan ini adalah anak saya, Maa-kun."

"Mamako-dono, dan 'Anak Saya Maa-kun-dono', ya? Maka aku akan mendaftarkan kalian..."

"Tidak, tunggu dulu raja!? Nama saya Masato! Masato!"

"Ah. Jadi ibunya adalah Mamako, dan anaknya adalah Masato, akankah itu baik-baik saja? Aku akan mendaftarkan kalian seperti itu."

Raja melambaikan kedua tangannya. Dua jendela muncul di udara. Kata-kata Mamako dan Masato muncul di kolom nama, dan daftar itu selesai.

"Hmm... Apa, ini seperti pendaftaran awal...?"

"Betul. Jadi, tidak dapat diubah jika pendaftaran selesai."

"Katakan itu lebih awal ahhhh!"

Mendaftarkan nama asli seseorang terjadi sepanjang waktu. Dan ada contoh di mana perubahan tidak diperbolehkan. Masato yang melakukannya dengan enggal hanya bisa memukul lantai dengan frustrasi. Untungnya, itu hanya lantai.

"Ahhh....! Bang...! Bang Bang Bang!"

"M-Maa-kun! Jangan memukul lantai! Kamu akan mengganggu orang-orang di bawak kita!"

"Hohoho. Tidak ada orang di bawah, jadi biarkan saja dia... Untuk melengkapi pendaftaran, biarkan aku memberitahu kalian situasi dasarnya. Harap perhatikan."

Raja menggerakan jarinya dan tampilan layar muncul. Usai meluncur secara horizontal melalui beberapa layar, informasi dasar Masato dan ibunya ditampilkan.

Nama karakter Masato adalah[Masato]. Itu benar-benar nama aslinya. Jobnya adalah [Pahlawan Biasa]. Attack dan Defence stats juga terdaftar, serta kata-kata yang menyatakan hal-hal seperti [Mampu Bertempur] dan [Tidak Mampu Crafting].

Dia melirik rincian Mamako, dan nama karakternya adalah nama aslinya [Mamako]. Jobnya adalah [Ibu Dari Seorang Pahlawan Biasa]. Ada juga rincian deskriptif seperti [Mampu Bertempur] dan [Tiak Mampu Crafting].

Ada banyak hal di pikirannya, yang paling ia katakan adalah...

"Erm, raja... Apa di dunia job-ku adalah, [Pahlawan Biasa]...?"

"Biasa hanyalah normal."

Raja tampak mengingat sesuatu, lalu menutup matanya dengan senyum baik.

"Sesuatu yang luar biasa seperti menyelamatkan dunia itu mustahil... berurusan dengan hidup kalian dengan normal, dan hidup bahagia seperti biasanya... Menyadari situasi seperti adalah sesuatu yang pahlawan biasa Masato-dono dan ibu dari pahlawan biasa mamako-dono harus perjuangkan."

Setelah raja memberi tahu tujuan mereka, ia menunjuk ke kejauhan.

"Lalu pergilah, Pahlawan!"

Meskipun ia mengatakan itu secara dramatis.

"Baiklah, ayo kita pergi... Tunggu dulu!? Kita tidak tau harus pergi kemana!"

Pergi kemana? Melakukan apa? Dia tidak mengerti sama sekali.

"fumu, itu tidak bagus?"

"Tentu saja! Bukankah anda harus menjelaskan lebih banyak!? Aku bahkan tidak mengerti apa dasar-dasar situasi ini!"

"fumu, aku akan menjelaskan secara singkat saja. Dengarkan baik-baik."

Usai berdehem, raja mulai menjelaskan:

"Sederhananya, ini adalah versi beta dari web game. Dengan menggunakan teknologi yang diklasifikasikan, kami mentransfer tubuh pemilik akun ke dalam game dan memberi mereka akun Close Beta."

"Waaah, itu mudah dimengerti."

"Sedangkan untuk pemain Close Beta, pada dasarnya mereka dipilih rapat kriteria ketat tertentu... Meskipun beberapa orang disesalkan mengisi nama mereka di survei anonim. Tapi itu membuat mudah untuk memutuskan pilihan. Kami tidak memberitahu tentang hal ini kepada siapa pun."

"Haha. Siapakah yang melakukan sesuatu yang memalukan.. Hmmm...? Mungkinkah..."

Benar, suara dari suatu tempat mengatakan itu. Tapi itu mungkin imajinasiku. Aku berharap itu imajinasiku.

"Untuk game itu sendiri, karena masih dalam tahap testing, namanya belum diputuskan. Nama sementara untuk saat ini adalah MMMMMORPG."

"Massively multiplayer online role-playing huh...? Aku merasa ragu..."

"Ini MMORPG bertema fantasi. Ini memiliki berbagai pilihan job, dengan pilihan combat(mampu tempur) dan non combat (tidak mampu tempur). Duel pemain diperbolehkan, crafting item dan dekorasi rumah seseorang juga diperbolehkan. Pemain bebas memilih job apa pun yang mereka sukai."

"Lalu mengapa punya saya sudah..."

"Ya. Karena kita perlu menyusun data untuk tes, sehingga kalian tidak bisa memilih job untuk saat ini, dan dipilih oleh sistem. Ini juga tidak dapat diubah. Kami mohon maaftentang itu."

"Kebebasan saya sudah diambil sejak awal huh... Orang-orang di dunia ini..."

Sangat tidak masuk akal dan tanpa batas tentang bagaimana masuk akalnya mereka. Bagaimanapun, ini adalah dunia yang berbeda.

Namun, itu masih hebat karena dipilih sebagai pemain beta test. Dan palytesting dalam full immersive mode. Jujur saja, ia senang akan hal ini. Masato menenangkan diri dan berdiri.

"Hah... Saya mengerti inti dari itu. Jadi ini sesuatu seperti net game kan?"

"Ya. Ini bagus, kamu memahami ini begitu cepat... Bagaimana denganmu, Mamako-dono? Apakah kamu memahami sistem game ini?"

"Erm... baik..."

"Hmm? Jika ada sesuatu yang mengganggumu, jangan ragu dan tanyakanlah. Aku akan menjawab langkah demi langkah."

Raja menunjukan senyum lembut, dan Mamako terganggu oleh sesuatu dan bertanya:

"Yah, erm... akun itu apa?"

"Eh, kamu tidak mengerti dari bagia itu?"

Raja dan Masato mengatakan hal yang sama.

"Hmm... Untuk referensi, apa yang kamu pikirkan tentang akun, Mamako-dono.?"

"Akun... Hmmm..."

Mamako berpikir keras saat ia bergumam "Ah, ermm ugh" sambil menghitung jemarinya dan bertanya-tanya apakah begitu. Dia menunjukan senyum yang tampaknya mengatakan bahwa dia ingin menanyakan sesuatu.

Yup. Itu sejauh apa yang Mamako tahu tentang net game.

Dengan senyum hangat, raja berpaling ke arah Masato.

"Masato-dono, aku akan meninggalkan Mamako-dono padamu. Semoga berhasil."

"Hei!? Jangan membuangnya padaku! Lakukanlah sesuatu tentang itu!"

"Jika kamu benar-benar ingin tahu, karena aku seorang NPC! Aku tidak bisa mengatakan apa-apa jika rincian tidak terinstal! Jika kamu ingin aku untuk mengambil peran guru bagi pemula, maka berikan aku sebuah script maksimal 10kb! Mintalah pihak operasi untuk bekerja!"
[MYNote: NPC = Non Playable Character alias komputer]

"Kamu hanya script dikompilasi, dan masih perlu meminta ke pihak operasi... Mengapa NPC...?"

"Jadi, pemain beta dan NPC keduanya ada di game ini, dan tidak mungkin membedakan mereka dari penampilan. Jika kamu benar-benar ingin tahu, katakan saja sesuatu yang mesum kepada mereka. NPC hanya bisa menjawab berdasarkan pengaturan yeng mereka berikan."
[MYNote: Anjrit nih NPC, responnya ajib bener..]

"Siapa yang ingin menggunakan metode buruk itu!"



Tapi, aku sepertinya bisa mengatakan hal-hal seperti itu... Apa yang kupikirkan, aku sama sekali tidak ingin melakukan hal itu.



Baiklah.

"Mari kita berhenti disini sejenak. Kamu akan terbiasa untuk itu setelah beberapa saat."

"Yah, benar... Alih-alih mengatakan itu, akan lebih cepat untuk mencobanya kan...!?"

Lagi pula, itu akan baik-baik saja usai mendengarkan penjelasan. Tepat usai menerima ini, Masato tiba-tiba teringat sesuatu.



Salah, tunggu. Apa itu sungguh baik-baik saja? Masih ada masalah.



Di sebelah Masato adalah Mamako yang menyelinap ke sisinya ketika ia melihat sebuah lubang.

"Hei, tunggu dulu! Kamu tidak menyebutkan bagian yang paling penting!"

"Kalau begitu, apa lagi yang ingin kamu tahu. Masato dono... Kenapa ibumu menemanimu? Itukah yang ingin kamu tahu?"

"Benar! Tolong jelaskan rinciannya!"

"Tapi aku tidak bisa mengatakan apa-apa tentang itu."

"Hah!? Kenapa? Kamu tidak punya scipt-nya?"

"Bukan itu... Ibumu menemanimu secara mendalam terkait dengan tujuan game ini, jadi aku tidak bisa mengungkapkan rinciannya. Jika kulakukan, ada kemungkinan bahwa pihak operasi secara paksa mengkentikan itu... Itu tidak baik. Cobalah untuk menemukannya selama petualanganmu, menemukan itu sendiri adalah hasil yang paling kami harapkan."

"Hah...? Erm... Apa yang kamu bicarakan?"

"Inti dari situasi telah terlebih dahulu kepada Ibumu, itu baik-baik saja bagi anak untuk tidak tahu. Hanya mengarah ke arah yang menyenangan, dan itu akan menjadi hebat jika kamu dapat memahami setelah berpetualang bersama-sama... Baiklah."

Raja berdiri dan menyentuh takhta. Takhta menghilang, dan lantai batu di bawahnya tenggelam dengan suara suram. Sebuah tangga spiral muncul tepat di bawah itu.

"Bab berikutnya akhirnya dimulai."

"HEi tunggu! Jangan cuma seperti ini! Jelaskan benar-benar..."

"Diam saja dan ikuti aku. Bahkan untuk seorang pahlawan yang tidak puas dan tidak percaya situasi, ada juga hadiah mengejutkan yang menunggumu di sana."

"Ini tak berguna untuk menipuku dengan basa-basi!"

"Oh? Jadi kamu tidak ingin pendaftaran akun baru + hadiah login pertama?"

"Eh... Hadiah login pertama...?"

Godaan itu sangat menarik hatinya.

Tidak peduli jenis game online itu, menyerah pada berfoya-foya hadiah login pertama bukanlah sesuatu yang orang normal biasa lakukan. Tidak peduli bagaimana seseorang berjuang, mereka tidak akan mampu mengabaikannya. Mengorbankan itu akan terlalu sia-sia.

Dan tentu saja, bahkan pahlawan tidak dapat mengatasi godaan itu...

Di bawah tangga spral itu, ruang klise lain dengan pintu yang tak terhitung jumlahnya berbaris di sepanjang dinding. Semuanya diberi label dengan segala macam job seperti[Paladin], [Sorcerer], [Pemilik Toko Bunga] atau [Petani].

Salah satunya adalah ruang dari [Pahlawan]. Saat Masato mengikuti raja ke dalam, ketidakpuasan dan ketidakpercayaan di dalam hatinya terlupakan. Masato menelan ludah.

Pedang. Pedang terbaik di dunia berada disana.

"Oh... Apa ini sungguhan..."

Di dalam ruang yang dibangun dari batu polos bersinar, ada batu yang terlalu besar bagi seseorang untuk menempatkan tangan mereka. Tiga pedang tertancap di dalamnya.

Pedang berwarna lava cair. Pedang sebiru laut dalam. Pedang transparan yang bersinar.

Bahkan Masato belum pernah melihat pedang sungguhan sebelumnya bisa mengatakan bahwa tiga pedang ini bukanlah pedang yang normal. Itu bukan tekanan menakutkan dari senjatanya, tapi sesuatu yang lebih... Sesuatu yang tidak dapat dijelaskan, di depannya adalah bentuk fisik dari keberadaan menakutkan dan kuat.

"Kamu merasakan sesuatu ya, seperti yang diharapkan dari seorang pahlawan."

"Kamu merayuku."

"Kalu begitu, mana yang kamu suka, Masato-dono? Boleh dicoba. Aku akan memberi salah satu pedang untukmu."

"Sungguh murah hati, apakah itu sungguh baik-baik saja?"

Tentu saja... Sejujurnya, ini dipersiapkan sebagai hadiah usai menyelesaikan quest yang paling sulit. Namun baru-baru ini, bahkan kita tidak bisa mendapatkan perhatian pemain jika hadiah login pertama tidak cukup baik. Jadi kami tidak punya pilihan selain menggunakan ini untuk menarik perhatian mereka."

"Aku tidak ingin mendengar itu."

"Orang-orang saat ini seperti sultan. Pada jamanku, semua pahlawan berangkat hanya menggunakan tongkat."
[MYNote: Ini yang ngomong si Emak]

"Rakyat era Famicom{NES atau sejenisnya} seharusnya diam suja."

"Sekarang, pilihlah pedangmu Masato-dono!"

"Oke..."

Masato mengambil langkah maju, dan berjalan tanpa ragu-ragu ke pedang transparan.

Adapun mengapa, Masato tidak memiliki jawaban jelas di dirinya. Itu hanyalah firasat.

"Bagaimana aku mengatakan ini... yang cocok untuku pasti ini... Tidak salah lagi."

Matahari, bulan dan bintang. Desain halus pada gagangnya mengingatkan dia pda langit. Masato mencengkeram gagang dan menarik pedang keluar.

Pedang itu seolah-olah tertanam pada batu yang sangat keras, tapi Masato menariknya keluar tanpa  merasa banyak perlawanan.

"Begitu ya. Jadi Masato-dono adalah pahlawan yang dipilih oleh langit tak berujung."

"Dipilih oleh langit...?"

"Pedang di tanganmu adalah pedang suci langit firdaus. Berabad-abad yang lalu, ketika langit di dunia ini diselimuti kegelapan, ini adalah pedang legendaris yang melenyapkan semua kegelapan hanya dengan satu ayunan... Itulah setting-nya."

"Bagian terakhir itu tidak perlu dikatakan. Tapi kelihatannya sangat kuat... Aku benar-benar tidak tahu seberapa kuat pedang ini setelah kamu jelaskan."

"Izinkan aku untuk menjelaskan dengan cara yang mudah dipahami."

Raja mengenakan kacamata dan mengambil sebuah buku. Judul di sampulnya bertuliskan [Buku Panduan Resmi], dan raja mulai membolak-balik buku itu.

"Hmm, bla... double damage untuk unit udara. Tiga kali kesempatan untuk mendaratkan critical hit. Serangan level tertinggi dari semua item event. Tidak dapat diperjual-belikan."

"Itu mudah dimengerti, tapi terasa tidak berguna. Tolong perkenalkan setting dunia ini dengan benar."

"Jangan khawatir, kita pasti akan melakukannya dengan benar saat game ini dirilis secara resmi."

Karena ini masih versi beta, mustahil semua harus dilakukan dengan sempurna. Masato ingin memahami lebih... Tapi karena dia tidak bisa mendapatkan jawaban lebih lanjut, Masato berbalik diam.

Lagian.

"Bagimana, Masato-dono. Apakah kamu belum termotivasi?"

"Hmm... Yah..."

Raja itu benar. Wahyu huh. Saat ia memegang pedang suci langit, Filament, Masato merasakan perubahan sesuatu dihatinya.

"Aku memegang pedang sekarang..."

Sensasi ditangannya itu mengatakan sesuatu kepadanya. Itu adalah insting semua pria- Untuk bertarung, keinginan yang identik dengan kehiduppan seorang pria.

Dan Masato memegang pedang legendaris. Senjata kelas tinggi. Keberadaan terkuat selama petualangan dan pertempuran.

Apakah ada kemuliaan untuk meninggalkan kemuliaan seperti itu? Dia tidak bisa menemukan apapun.

"Hah... Aku benar-benar memastikan, meskipun rasanya menjengkelkan."

"Aku bisa berempati denganmu, tapi selesaikanlah sendiri. Pikirkan saja ini sebagai takdir pahlawan, Masato-dono."

"Begitu ya... ah, meskipun kau memanggilku pahlawan, aku tidak bisa segera mengerti."

"Apa kamu katakan? Masato-donosudah memegang pedang legendaris kan? Itu adalah sesuatu yang tidak bisa digunakan selain pahlawan. Tidak diragukan lagi bahwa Masato-dono adalah pahlawan. Takada yang salah di sini, kamu pahlawan sepenuhnya."

"Ah, meskipun kamu mengatakan itu... Rasanya memalukan."

"Tidak perlu malu kan? Masato-dono adalah pahlawan. Pemberani dunia ini. Mungkin, bahkan penyelamat alam semesta ini!"

"S-Seperti yang kubilang... Jangan bicara seperti itu... kamu menyanjungku."

Pemberani, Pahlawan, Penyelamat. Pemberani yang merupakan Pahlawan Penyelamat. Mendaratkan tiga critical hit, apakah ini lelucon?

"terus terang saja... Agar game dapat dirilis secara resmi, tergantung dari hasil dari para pemain tester. Kami sangat bergantung pada kinerjamu... Silahkan bimbing dunia ini ke era baru. Kamu adalah satu-satunya orang yang dapat mencapai hal ini."

"Eh...? Nah, jika aku satu-satunya yang bisa, kurasa aku harus mencobanya."

"fufu, itulah semangat. Maa-kun pasti bisa melakukannya. Karena kamu anak ibu yang sangat kubanggakan."

"Hmm... Anak yang membuatmu bangga? Tentu saja... hei..."

Kemudian ibuku meletakkan tangannya pada pedang yang masih menancap. Mengangkat dengan susah payah, bunyi logam terdengar dua kali.

Mamako mencabut pedang berwarna merah menyala dan pedang biru.

Tidak, itu pedang legendaris yang hanya memilih satu untuk ditarik kan? Dia menarik keduanya dengan mudah.

Sang raja yang terbawa arus, dan Masato yang merasa bangga, terkejut karenanya. Err, tunggu sebentar? Apa yang sedang terjadi sekarang? Seseorang tolong jelaskan?

"E-Eh... Raja, apa..."

"Maaf. Aku tidak bisa mengatakan apa-apa lagi. Maafkan NPC ini... Bagaimanapun, aku akan menyerahkan buku pedoman ini ke Mamako-dono. Silahkan gunakan itu sesukamu."

Usai menyerahkan hadiah untuk Mamako dan Masato, raja menghilang.



Usai membuka pintu terdalam dari ruang pahlawan, arena bulat muncul. Sama sekali tidak ada kursi penonton, hanya stage kesepian diruangan tak terbatas. Tempat ini dibuat untuk tutorial.

Masato berdiri di pinggir stage dan melihat buku pedoman. Dia segera menemukan informasisetelahnya.

"[Terra di Madre] dan [Altura]..."

Itu adalah nama kedua pedang di tangan Mamako.

Terra di Madre adalah pedang berwarna api. Pedang suci bumi. Itu dilahirkan ketika dunia diciptakan. Pedang itu adalah sumber dari semua kehidupan di dunia ini, itulah yang tertulis di buku.

Pedang biru adalah Altura. Pedang suci laut. Dikatakan bahwa satu ayunan itu bisa mendatangkan banjir yang menyerang dunia. Tulisan di buku juga menyatakan bahwa itu adalah segel kontrak yang memisahkan tanah dan laut.

Mari kita saksikan betapa kuatnya pedang-pedang tersebut.

"Terra di Madre: double damage pada monster, menyerang semua target. Tiga kali kesempatan untuk mendaratkan critical hit. Serangan tertinggi dari semua item event. Tidak dapat diperjual-belikan."

"Altura: double damage untuk monster laut. Menyerang semua target. Tiga kali kesempatan untuk mendaratkan critical hit. Serangan level tertinggi dari semua item event. Tidak dapat diperjual-belikan."

Catatan khusus [damage rata-rata] akan berlaku ketika menyerang semua target. Damage dalam satu serangan akan ditentukan sebelumnya, dan dibagi rata sesuai dengan jumlah target.

Ini adalah bagimana efek senjata itu saat digunakan.

"Perhatikan baik-baik, Maa-kun! Ibu akan lakukan sekarang... hei!!"

Mamako mengangkat Terra di Madre di tangan tangannya tinggi-tinggi dan mengayunkannya ke bawah.

Pada saat yang sama, tak terhitung stalagmit tajam mirip pedang keluar dari tanah, dan menebas para monster.

"Ugaaaaaa!?" "Gugyaaaaag!?" "Gebuug!?" "Gyafag!?"

Semut, cacing, laba-laba, serigala, beruang, dan segala macam monster menghilang setelah terbelah dua. Semuanya tampak begitu mudah.

Namun, gerombolan monster baru langsung muncul.

"Ibu tidak akan kalah! Ibu akan menunjukan pada Maa-kun sisi terbaik ibu! ...Hei!"

Mamako memegang Altura di tangan kiri dan mengayunkan-nya secara horizontal.

Setelah itu, air menyembur keluar dari ruang yang disayat oleh pedang, dan tetesan yang tak terhitung jumlahnya menyebar, yang kemudian melesat seperti peluru.

"Goaaaaag!?" "Gigigigg!?" "Gohag!?" "Ugugu... gafug...!"

Tetesan air disemprotkan deng kecepatan sangat Super ultimate mega ultar tinggi, dan monster bermandikan peluru air sampai bertebaran dengan banyak lubang, tubuh runtuh dalam sekejap. Gelombang kedua musuh itu dimusnahkan dengan sangat mudah.

Namun itu belum berakhir. pertempuran itu masih pada puncaknya. Sosok musuh muncul di langit!

"Maa-kun! Sekarang waktunya untuk menunjukan kekuatanmu! Berjuanglah!"

"Ah... Baiklah..."

Maa-kun menutup buku panduan, dan menebaskan Filament ke arah yang tepat.

Dengan begitu, gelombang kejut keluar dari pedang transparan, dan mengejar musuh secara otomatis. Energi pedang itu bergerak bebas dan menyerang musuh.

"Pyo..!"

Salah satu monster terbang yang seukuran burung gereja terserang dan berubah menjadi abu.

Monster itu tewas!

Masato berlutut ke tanah dan air matanya jatuh bebas.

"...Ugh... Salah... Ada yang salah... Ini jelas salah..."

"Ada apa Maa-kun!? Apa kamu terluka? Coba ibu lihat!"

"Tidak... Aku tidak sakit... Bukan itu..."

Filament ini kuat. Ini bisa melepaskan serangan homing, sebilah pedang yang sangat kuat. Dia harus percaya diri dan bangga akan hal itu.

Tapi serangan normal Mamako menyerang semua target, dan dengan dua pedang, ia bisa menyerang dua kali.

Dibanding dengan ibunya yang bisa mengalahkan puluhan monster dengan mudahnya...

"Aku... Aku benar-benar lemah..."
[MYNote: yang sabar nak, di sini emakmu yang lebih gg]

Dia hanya bisa menagis. Bertingkah dengan berpura-pura tidur. Apa lagi yang bisa dia lakukan?

Mamako mendekati Masato yang jadi seperti ini.

"Maa-kun! Semangat! Seranagn Maa-kun sangat kuat! Bukan cuma transparan saja, bahkan terbang dengan dentuman, itu mengejutkan ibu! Maa-kun juga tampak keren!"

"Tolong, jangan mendorongku sedemikian rupa... Aku sudah begitu tertekan, bisakah ibu tidak menambahkan garam ke lukaku?"

"A-Aku tidak bermaksud begitu! Bukan itu... Oke, bagaimanapun, berdiri! Mari kita mulai tuto... tunggu... apa yaa..."

"...Tutorial."

"Itu dia! Ibu juga melakukan itu di masa lalu. Jadi 'fwan~fwan~' dengan teman-teman ibu."

"Salah. Ini benar-benar salah. Aku pernah memainkan game dari berturut-turut dan berputar-putar.
[MYNote: entah apa maksudnya]

"B-Begitu ya. Memang benar bahawa sekarang bukanlah waktu untuk bernostalgia masa lalu... Yah... Pokoknya, itu saja untuk saat ini, mari kita lanjutkan! Yosh, mari kira lakukan itu! Itu pasti akan menyenangkan!"

Saat ia mengatakan itu, Mamako memegang tangan Masato untuk menarik dia.

Masato menjabat tangannya.

"Maa-kun...?"

"Jika ibu ingin pergi berpetualang, ibu bisa pergi sendiri. Mungkin ada monster di luar sana, tapi ibu memiliki firepower yang lebih dari cukup. Ibu dapat meraup kemenangan sempurna tepat dari awal."

"Firepower? Ibu sama sekali tidak bisa menyemburkan api. Ibu bukan kompor gas."

"Maksudku bukan tipe senjata."

"Firepower adalah cara lain untuk mengatakan kemampuan ofensif. Sebuah kalimat yang meminjam dari istilah daya  tembak senjata api. Ini mungkin sedikit sulit untuk dipahami oleh ibu. Tapi kesampingkan itu untuk saat ini..."

"Hah... Baiklah, pergilah. Tinggalkan aku di sini."

"Tapi kenapa..."

Masato menyerah. Dia menyerah pada segalanya. Dia berbaring secara kelelahan, seolah-olah ia juga ingin menyerah untuk bernafas. Seolah-olah ia sudah mati. Bertindak seperti mayat tanpa reaksi sama sekali.

"Hmm... Maa-kun... Apa yang harus kulakukan jika seperti ini... Ah, benar juga!"

Mamako yang sedang bermasalah mengambil buku panduan yang Masato letakkan. Dia membalik-balik buku itu dengan panik seolah-olah dia sedang mencengkeram sedotan.

"Di mana panduan strategi itu... Apa yang harus dilakukan jika anak pahlawan tidak suka berpetualang bersama-sama..."

"Bagaimana mungkin skenario begitu disertakan? Buku panduan apa sih...?"

"[Ketika dia tahu serangan normalmu adalah double hit pada semua target, anak anda akan sangat senang. Dia pasti akan memeluk kaki anda dan meminta anda berpetualang bersamanya]. Itulah apa yang dikatakan, tapi itu omong kosong! Maa-kun tidak senang sama sekali!"

"...Nah, ini sesuatu yang membahagiakan."

"Eh, begitu?"

"Tentu saja. Serangan firepower tinggi, semua targen, dan double hit...? Jika aku bertemu seorang pemain seperti itu, aku akan melakukan apapun untuk mengundangnya. Dan membentuk tim meskipun aku harus membayar."

"Lalu kenapa kamu tidak senang...? Kenapa..?"

Mamako berpikir keras, dan berseru "Ohh", seolah-olah dia menemukan alasannya.

"Mungkinkah... Jika aku tidak salah, itu karena... Aku ibumu?"

"Itu benar, itu adalah akar dari masalah ini... Kumohon."

Masato duduk tegak dan menghadap Mamako.

Menjaga kepalanya tetap dingin dan mengingatkan dirinya untuk tidak marah, ia berkata serius:

"Tolong jelaskan."

"Jelaskan apa...?"

"Semuanya. Semua itu. Ibu pasti dapat menjelaskan seluruh situasi ini denganku sekarang... Ibu, kamu pasti tahu sesuatu kan? Raja berkata inti utama. Ibu berbicara dengan staf operasi game sebelumnya kan?"

"Erm..."

"Sejujurnya, ditransfer ke dalam game ini sudah aneh,tapi aku menyambut itu jadi aku tidak akn menyelidikinya lebih lanjut... Tapi, ini berbeda dari bagaimana jadinya aku membayangkan aku di transfer ki dalam game. Adapun apa yang berbeda, yaitu ibu juga berada di sini."

"Ibu dari keluarga lain kadang-kadang juga akan ditransfer ke game dengan anak mereka."

"Tidak mungkin! Benar-benar tidak! Mustahil! Atau lebih tepatnya, itu akan sangat mengganggu jika ada! Aku tidak ingin cerita fantasi ini mengarah anak laki-laki di masa pubertas berada di sekirar orang tua! Itu mengganggu!"

"Ugh, Maa-kun, caramu mengatakan itu benar-benar menyakitkan, Ibu marah platinum."

Mamako menggembungkan pipinya seakan-akan mencoba tiba-tiba marah. Mamako marah. Sungguh imut...



Tidak, tunggu! Itu ibuku! Ibuku yang berusia sekitar 40 tahun! Istilah imut jangan dianggap sama sekai! Tidak mungkin!



"Jangan bercanda! Jangan membuat wajah itu dan jawab dengan benar!"

"B-Baiklah! Akan ibu jawab!"

"Kenapa ibu datang bersama denganku, bagaimana bisa berubah seperti ini, tolong jelaskan dengan rinci. Ayolah."

"T-Tapi... Akan lebih baik untuk tidak mengatakan itu sekarang... Petualangan bersama-sama dan segala macam pengalaman bersama-sama, dan akan lebih baik jika kamu menemukannya sendiri..."

"Cukup, sudah cukup! Jangan membuatku begitu frustrasi...! Sudah cukup..."

"Apa masalahnya...?"

"Aku ingin memutuskan hubungan kita sebagai ibu dan anak."

wadooo, anak doerhaka ini mak, kutuk sadjha jadi sikat WeCe

Dia saat itu mengatakannya dengan nafsu. Kata-kata yang tak dipikirkan tumpah dalam frustrasi.

Dia menjadi sangat gelisah. Tapi hasutan tak mengikatnya dan mengalir tanpa disaring... dan memukul Mamako langsung, merampas ekspresinya dalam sekejap.

"...Ah... Tidak... Barusan..." Ketika Masato menyadari ia telah salah bicara, ia sudah terlambat.

Air mata terus mengalir dari mata Mamako yang telah kehilangan kialuannya, jatuh seperti biji mutiara.

Ibunya menangis saat melihat di depannya dalam keadaan linglung.

"...Ibu minta maaf. Aku, bagaimana ibu harus mengatakan ini, benar-benar tidak tahu. Shirase-san dan yang lainnya tampaknya memiliki alasan mereka juga, jadi berapa banyak yang harus kukatakan? Ibu benar-benar tidak tahu."

"Ya ya, aku mengerti. Karena ada suatu alasan, itu baik-baik saja.."

"Tapi biarkan ibu jelaskan ini. Ibu takkan pernah melakukan apapun untuk menyakiti atau berbohong pada Maa-kun. Percayalah."

"Ya, mengerti."

"Ibu hanya ingin bergaul lebih baik dengan Maa-kun. Berpetualang dengan Maa-kun, mengobrol iseng bersama-sama, bekerja keras sama-sama dan menjadi ibu dan anak yang intim. Itu saja yang ibu inginkan. Itu sebabnya... hiks... itu sebabnya..."

"Aku mengerti, aku mengerti! Aku sudah mengerti!"

Itu sebabnya, kumohon..."

"Ya ya..."

"Jangan mengatakan sesuatu yang begitu menyakitkan, seperti memutuskan kita sebagai ibu dan anak... Sejak hari aku dilahirkan, ini adalah kata yang paling menyakitkan dan melukai bagiku."

Air mata sedih dari mata Mamako mengalir tanpa ditahan, dan tidak menunjukan tanda-tanda akan berhenti.

Masato kacau...

Dia membuat keluarganya menangis atas kesedihan. Situasi ini adalah perbuatannya sendiri, dan yang berdiri di hadapannya adalah orang yang dicintainya yang sedang patah hati dan bingung.

Dia menderita sakit yang mengerikan karena anaknya.

"..Apa yang telah kulakukan sekarang..."

Ini bukan pembicaraan tidak masuk akal. Sebagai anak yang dilahirkan dari ibunya, ketika ia diberikan kehidupan, ia sudah memperoleh keinginan untuk orang-orang yang dicintai-nya untuk hidup penuh semangat dengan senyum selamanya. Jika dia membuat mereka sedih, jiwanya akan merasa tidak nyaman. Tidak mungkin dia bisa bertahan atau mengabaikan itu sepenuhnya.

Masato langsung masuk ke posisi seiza, dan menekan kepalanya ke lantai stage.

"Maaf, ibu! Itu kesalahanku! Aku sama sekali tidak bermaksud begitu! Meskipun aku mengatakan itu, bukan itu yang kumaksud! Itu sebabnya...!"



Mohon maafkan aku. Jangan menangis. Jika aku minta maaf denagn sepenuh hati... Dia merasa kepalanya dibelai. Mamako membelai rambutnya dengan lembut sambil berkata 'anak ini'.

"...I-Ibu?"

"Ibumu benar-benar menyukai Maa-kun yang khawatir tentang perasaan ibunya."

"T-Terima kasih... Aku sangat menyesal untuk mengatakan sesuatu yang aneh."

"Ya, tidak apa-apa... Ini sudah cukup. Sini, bangun."

"Ah, ah... itu..."

Usai bangun, dia melihat wajah penuh air mata ibunya lagi. Dia tidak bisa melihat secara langsung, sehingga Masato berpaling. Pada saat ini, Mamako mengatakan: "Eh, kamu harus melihat pada wajah orang lain saat kamu berbicara dengan mereka, oke?"

"Mengerti."

Dia tidak punya pilihan selain mengubah pandangannya kembali.

Mamako berpose menunjukan ingin menjadi rekan Masato.

"Ah... Aku tidak pernah bermimpi bahwa aku akn melihat ibuku berpose seperti ini."

"Sigh. Perhatikan denagn seksama. Dan dengarkan ibumu baik-baik."

"Yeah, yeah..."

"Ibu ingin pergi berpetualang dengan Maa-kun. Bisakah ibu menjadi rekan Maa-kun?"

Membiarka ibunya menjadi seorang pendamping?

Dia tidak ragu sama sekali. Hanya ada satu pilihan.

"...Yah, boleh. Ibu memiliki firepower yang kuat, dan pasti akan membantu. Alih-alih meminta untuk menjadi rekan... Atau lebih tepatnya... Ini akan jadi hebat jika ibu bisa ikut."

"Baik. Beres. Silahkan bantu ibu, Maa-kun."

"Ya, yah... Aku juga, silahkan bantu aku, Ibu."

Mamako menjadi seorang pendamping.

"Tapi Maa-kun, aku ingin mengatakan sesuatu."

"Hmm? Apa?"

"Ibu tidak bisa menyemburkan api, oke? Aku bukan kompor gas."

"Sudah kubilang, firepower bukan semacam itu! Berapa kali aku harus memberitahumu, ibu!?"

Musuh terbesar Masato dalam petualangan ini mungkin kemampuan pemahaman ibunya... Prediksi Masato


---End---


Diberdayakan oleh Blogger.